Budaya Pembajakan Video Game
28 November 2020
Bukanlah hal tabu lagi bila pembajakan permainan Video game terutama di negara indonesia memiliki tingkat yang sangat tinggi dimana hal ini sudah sangat membudaya dikalangan para pemain video game sejak masa dimana era video game masih pada fase analog dan konsol merupakan pilihan terbaik dalam memilih game.
Pada sejarahnya hal pembajakan di Indonesia sendiri disebabkan oleh sulitnya untuk mendapatkan akses terhadap game orisinil dan banyaknya disk atau kaset bajakan yang masuk dan beredar di indonesia dimana hal ini membuat pemain pada jamannya sangat sulit untuk mengetahui keaslian dari kepingan permainan tersebut. Walapun hal ini mulai terkikis seiring perkembangan kemudahan untuk mengakses dan membeli permainan orisinil dengan hadrinya beberapa Platform game marketplace seperti Steam, GOG, Epic Game Store, dll.
Hal ini terjadi dikarenakan perkembangan digitalisasi dengan kemudahan aksebilitas internet yang mampu diakses dengan kian mudahnya. kehadiran pula game marketplace pada konsol seperti Playstation Store, Xbox Store, Nintendo Store bahkan media seperti Appstore, Microsoft Store dan Playstore turut serta meramaikan kemudahan dalam membeli sebuah video game.
Walapun demikian, Budaya Pembajakan di negara kita memang masih terbilang sangat tinggi dengan berbagai macam faktor lain diantaranya harga sebuah salinan permainan Video game yang kian tinggi yang kini pada tahun 2020 saja sudah mencapai 70$ untuk beberapa Video Game besar yang rilis berdekatan atau pada tahun 2020 ini. Biaya tersebut dirasa cukup sulit untuk dapat diakomodasi oleh mayoritas pemain video game. Ditambah dengan harga spesifikasi perangkat yang dibutuhkan untuk menjalankan program dari suatu permainan pada masa saat ini yang kian hari membutuhkan spesifikasi yang terbilang cukup tinggi membuat para pemain lebih sering memilih untuk menitik beratkan budget dalam mengakomodasi perangkat yang dibutuhkan.
Kemudahan dalam mencari dan mengakses Video Game Bajakan juga terbilang cukup mudah, bahkan terkadang para pemain yang suka akan pembajakan ini dapat menemukan video game yang ingin ia mainkan dengan mudah hanya melalui kotak pencarian saja.
Hal ini jelas menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh banyak para Publisher dan Studio Developer Video Game sebagai mana mata pencaharian dan keuntungan mereka. Dimana kian hari Budget Pembuatan Video Game kian meningkat seiring dengan perkembangan standar kualitas di suatu Video Game saat ini. DRM atau Digital Right Management atau Manejement Hak Cipta benar-benar dikembangkan guna untuk dapat mempertahankan Permainan Orisinil dari Pembajakan. Salah satu metodenya ialah Always Online atau membuat pemain wajib menyalakan konektifitas internet ketika bermain.
Tentu hal ini sangat memberatkan para pemain yang telah berkontribusi dengan membeli salinan permainan video game melalui Platform game marketplace dimana salah satu Sistim yang marak digunakan untuk memproteksi suatu video game ialah Denuvo yang walapun masih dibobol oleh para Cracker yang pada studi kasusnya masih banyak video game terbaru yang masih dapat di bobol dengan proteksi tersebut. Proteksi ini juga dirasa terkadang memberatkan kinerja dalam menjalakan program video game yang menggunakannya. tak jarang keluhan ini di sampaikan oleh para pemain yang merasakannya.
The Witcher 3 dari CD Project Red |
Untungnya masih ada Beberapa Studio Developer Video Game dan Platform game marketplace yang berusaha tetap tidak menggunakan DRM dan memberikan hak penuh pada pemain akan game tersebut. Salah satu contohnya ialah CD Project Red, Studio Developer Video Game yang memproduksi serial video game yang cukup legendaris yakni The Witcher Series dan GOG sebagai Platform game marketplace yang tetap percaya akan memberikan hak penuh pada pemain.
Renhard Julianus Bernard
Komentar
Posting Komentar